Thursday 6 February 2014

Pied Piper

Solo, 6 Januari 2013.

Angin menepuk halus pipi ku, dingin. Selain suara udara yang saling beradu, hanya ada aku menggumamkan bait lagu putus-putus. Sepi betul jalanan di kompleks perumahan ini, menambah bosan ku kala menunggu seorang teman yang berdandan tak rampung-rampung. Untungnya, sebelum sempat aku lebih kedinginan lagi karena diam, suara sapa mu mampir di telinga ku. Bibir ku refleks menarik kedua sisi nya ke arah yang berbeda, menjawab mu yang tiba-tiba datang. Angin akhirnya punya pekerjaan lain selain menepuki pipi ku, mencoba menyibakkan bagian rambut mu yang tidak tertutup topi. Ku tahu kemudian, kita akan menuju tempat yang sama malam itu.

Dalam hati sudah ku siapkan pertanyaan-pertanyaan tentang gagasan yang pernah kita rundingkan sambil lalu. Rasi bintang mu sering diartikan sebagai si pencetus ide dan pemimpin, begitupun kamu. Aku akan betah berlama-lama mendengarkan celotehan tentang rencana-rencana hebat mu, setiap kata terucap yakin. Aku juga jadi sama yakin nya, atau kita bisa duet? Ku kira, kali ini akan lebih dekat pada realisasi. Sampai gadis manis dibalik bingkai kaca mata menghampiri mu di tempat yang kita tuju.

Ruangan yang dihiasi kain-kain hitam itu sudah terasa sesak. Susah menemukan tempat yang tepat untuk duduk, apalagi menemukan mu lagi, yang lenyap di telan ramai nya muda-mudi kota ini. Terlebih lagi, pencahayaan sangat minim di sana. Meskipun dalam gelap mata manusia menjadi lebih jeli, tak juga ku lihat wajah mu di baris-baris bangku yang penuh. Ternyata mata mu lebih manusiawi dari mata ku, ku dengar panggilan yang khas, berjarak beberapa bangku di arah tenggara. Terimakasih telah memudahkan ku, setiap kali tawa kumpulan manusia disana menabraki dinding dan atap nya, aku mendengar tawa mu lah yang selalu paling keras. Akhirnya ku sempatkan menoleh. Oh, tawa yang dibuat-buat, ternyata. Dan gadis mu, menatap lurus ke depan, tak terkesan.

Dari jarak kurang dari 3 meter, nyawa mu terlihat lepas dari raga.
Kamu tidak disana.

Setelah lampu menyoroti ruangan dengan penuh, angin bergerak mendekat. Lembut kali ini, menenangkan. Aku tidak mencari mu, karena kamu mungkin tengah sibuk mencari diri mu sendiri. Ku rasa angin menepuk bahu ku. Kamu rupanya, dengan senyum yang aku kenal itu. Tiba-tiba aku merasa ingin mendengarkan mu bercita-cita sampai tinggi lagi. Ternyata sapa mu menggantung. Dari kejauhan ku dengar tawa mu yang mengambang di udara, kemudian angin mengeringkan nya.

Aku rasa kamu lupa pada asa-asa yang kemarin dulu terucap, tak pernah ku dengar kamu mengungkit nya, lagi. Aku lupa, rasi bintang mu juga bercerita tentang kamu yang serupa Pied Piper muda, peniup seruling dengan pakaian dengan warna-warni memikat ku kira. Baru ku tahu, Pied Piper punya makna terselubung lainnya, yang terlihat jelas pada mu.



Warmest regards,
From the opposite Arian.



*Pied Piper according to The Free Dictionary, after The Pied Piper of Hamelin: One, such as a leader, who makes irresponsible promises

No comments:

Post a Comment