Sunday 9 February 2014

Deru Menghilang

Solo, 8 Februari 2014.

Vespa putih lewat di hadapan ku, pelan. Air dalam kubangan yang tadinya tenang bergolak sedikit. Mengetuk kotak memori yang tidak dikunci. Pintunya terbuka.

Minggu pagi. Rumah berwarna hijau muda dengan pagar hijau tua terbuka pintunya. Sayup-sayup terdengar suara Nobita merengek manja pada si Robot Kucing warna biru. Suaranya perlahan tersapu deru motor yang tersendat-sendat. Vespa putih itu datang. Lelaki paruh baya di atas nya turun, dengan ceria menyapa ku yang berlari keluar menyambut nya. Sambil membawa bungkusan plastik hitam, dia menanyakan rencana ku di hari Minggu yang berhawa malas. Apalagi yang bisa dilakukan anak usia TK, Mbah?

Dengan semangat ku buka bungkusan dari nya, menyantap nya lahap. Jenang beraneka macam rasa yang sangat aku suka itu tidak pernah habis ku makan. Tapi ia tak pernah absen membawa nya, ku rasa ia suka cara ku memakan nya dengan lahap dan kemudian kekenyangan sebelum tandas. Jenang macam itu sudah jarang masa kini. Oh, mungkin harus ku cari penjual nya Minggu mendatang di Festival Jenang Solo tahun ini, 2014.

Banyak penelitian mengatakan, semakin usia kita bertambah, semakin volume otak manusia mengecil. Begitupun memori di dalam nya, terkikis perlahan. Tapi vespa dan jenang warna-warni tak pernah gagal mengingatkan ku tentang dia, pria yang pintu kamar nya selalu terbuka, mengundang ku masuk dan berpetualang. Ia menyimpan banyak barang antik, yang kini aku juga suka. Sayang, aku tidak pernah tahan wangi inhealer milik nya yang pedas menyengat di hidung kecil ku. Ku rasa aku melewatkan kesempatan untuk mengenal nya dulu, kemudian mengenang nya kini. Mungkin ia akan mengajak ku ke Pasar Antik Triwindu di Ngarsapura, jika ia masih di sini sekarang. Menularkan virus nyentrik nya pada ku.

Aku rindu cerita nya yang tak pernah ku dengar kan baik-baik. Yang di dalam nya selalu terselip tawa bahagia melihat ku tumbuh, menjemput ku di depan pintu rumah nya yang besar namun kosong relung-relungnya. Simbah, jangan lupa jemput aku di depan Jannah-nya Allah ya.


Warmest regards,
Dari perempuan ke tujuh dalam peluk timang mu.

1 comment:

  1. Pemilik Vespa itu memang telah tiada, tapi kenangan tentangnya takkan hilang ditelan masa...

    ReplyDelete