Solo, 8 Februari 2014.
Vespa putih lewat di hadapan ku, pelan. Air dalam kubangan
yang tadinya tenang bergolak sedikit. Mengetuk kotak memori yang tidak dikunci.
Pintunya terbuka.
Minggu pagi. Rumah berwarna hijau muda dengan pagar hijau
tua terbuka pintunya. Sayup-sayup terdengar suara Nobita merengek manja pada si
Robot Kucing warna biru. Suaranya perlahan tersapu deru motor yang
tersendat-sendat. Vespa putih itu datang. Lelaki paruh baya di atas nya turun,
dengan ceria menyapa ku yang berlari keluar menyambut nya. Sambil membawa
bungkusan plastik hitam, dia menanyakan rencana ku di hari Minggu yang berhawa
malas. Apalagi yang bisa dilakukan anak usia TK, Mbah?
Dengan semangat ku buka bungkusan dari nya, menyantap nya
lahap. Jenang beraneka macam rasa yang sangat aku suka itu tidak pernah habis
ku makan. Tapi ia tak pernah absen membawa nya, ku rasa ia suka cara ku memakan
nya dengan lahap dan kemudian kekenyangan sebelum tandas. Jenang macam itu
sudah jarang masa kini. Oh, mungkin harus ku cari penjual nya Minggu mendatang
di Festival Jenang Solo tahun ini, 2014.
Banyak penelitian mengatakan, semakin usia kita bertambah,
semakin volume otak manusia mengecil. Begitupun memori di dalam nya, terkikis
perlahan. Tapi vespa dan jenang warna-warni tak pernah gagal mengingatkan ku
tentang dia, pria yang pintu kamar nya selalu terbuka, mengundang ku masuk dan
berpetualang. Ia menyimpan banyak barang antik, yang kini aku juga suka. Sayang,
aku tidak pernah tahan wangi inhealer milik
nya yang pedas menyengat di hidung kecil ku. Ku rasa aku melewatkan kesempatan
untuk mengenal nya dulu, kemudian mengenang nya kini. Mungkin ia akan mengajak
ku ke Pasar Antik Triwindu di Ngarsapura, jika ia masih di sini sekarang.
Menularkan virus nyentrik nya pada ku.
Aku rindu cerita nya yang tak pernah ku dengar kan baik-baik.
Yang di dalam nya selalu terselip tawa bahagia melihat ku tumbuh, menjemput ku
di depan pintu rumah nya yang besar namun kosong relung-relungnya. Simbah,
jangan lupa jemput aku di depan Jannah-nya
Allah ya.
Warmest regards,
Dari perempuan ke tujuh dalam peluk timang mu.
Pemilik Vespa itu memang telah tiada, tapi kenangan tentangnya takkan hilang ditelan masa...
ReplyDelete