Thursday 31 January 2013

Alpa Yang Kedua


Solo, 31 Januari 2013.


Hai Pak Pos.

Tangan saya masih bau lem kertas. karena sedari sore menempeli potongan - potangan kecil kolase.

Punggung saya sakit, bahu juga pegal karena kebanyakan menunduk meneliti bagian mana yang belum tertutup pada kertas gambar.

Saya jadi lupa nulis surat karena keasyikan menyelesaikan 3/4 bagian tugas akhir untuk nilai ujian praktik itu. Maaf (lagi) ya pak pos.
Ini saya ngetik juga sambil tiduran. Ciyus.

Sebagai hukuman, saya rela besok pak pos tidak mengantar surat saya. *yakali hari jumat kan surat kaleng dan anda libur*

Selamat malam saja deh ya pak. Ini akhir bulan, akhir banget. Semoga besok bapak naik gaji.


Warmest regards,
Avi yang sedang nawaitu mengerjakan tugas.


(originally posted in avirosas.tumblr.com by @avirosas for #30HariMenulisSuratCinta Challenge 2013 by @PosCinta)

Wednesday 30 January 2013

Yesi, Tetangga Gue


Solo, 30 Januari 2013.


Teruntuk teman yang ingin kotak surat nya terjamah tangan Pak Pos.

Heh.
Ini jawaban dari tantanganmu; menulis kisah semasa SD. Ini temanya surat cinta men, apa di SD kita tau tentang cinta - cintaan? Kita nostalgia sajalah, ya?

Aku mengenalmu saat kelas 4 SD, kalau tidak salah. Karena sama - sama terpilih mewakili kelas untuk lomba Pramuka : Pesta Siaga. Aku belum mengenal banyak teman diluar kelasku, kala itu.
Kita sama - sama jadi ketua regu. Kalau guru - guru yang memilih kita jadi pemimpin waktu itu tahu seperti apa kita sekarang, dia mungkin menyesal. Sampai kita tumbuh sebesar ini, tidak ada sisa - sisa keseriusan pemimpin. We always giggles, laughing at nothing.

Back to the nostalgia session. Setelah kenal, baru ku tahu kalau rumah kita berdekatan. Kita kadang bertemu di acara pengajian di masjid sekitar tempat kita tinggal. Aku menyanyi dalam kelompok TPA ku, dan kamu membaca puisi mewakili kelompok TPA mu. Kita payah.
Waktu SD, itu memang aku yang galak atau kamu yang cupu? Senjataku menjambak waktu itu, kalau diejek. Dan kamu, serta duo Navis-Ersan lumayan rajin kena jambak. Rambut kalian sering rontok di tanganku -kecuali Ersan yang berpotongan rambut cepak-. Kuat sekali tanganku, ya? Apa sakit? Ya maaf.

Beranjak kelas 5 atau 6, aku lupa, kita mulai bersepeda ke sekolah. Kita dan beberapa teman yang rumahnya berdekatan, sering pulang sekolah lewat rute yang sama. Atau kita ber-banyak, aku lupa jumlahnya, tukar-tukaran sepeda dan mengayuh mengitari daerah dekat sekolah. Sembari menunggu ekstrakulikuler qasidah dimulai. Qasidah. Aku ngakak sekarang.
Kadang - kadang, kita pulang naik angkutan umum. Mobil kuning dengan stiker angka 03, yang jalannya lebih lama dari pada antri masuk surga. Kita turun di gang yang sama, satu - satunya perjalanan yang aku ingat dengan kamu adalah ketika aku memutuskan tali ranselmu. Aku menariknya hingga dull -bacanya dol aja kalau bahasa Jawa-. Dan kamu cuma cengengesan "Hehe ora opo - opo", sambil memamerkan gigimu yang besar - besar. Sama ketika aku marah dan membuang topi favoritmu ke tempat sampah. Kamu juga tidak marah dan cuma cengengesan. Ya ampun, maaf ya. Aku memang jahat dan kamu memang… cupu.

But look at you know, calon selebtwit nya Solo ya, Mas? You’re quiet smart to play with words now. Jadi ingat, waktu kita ejek - ejekan via status facebook -itu jamannya tag nama di facebook lagi keren-. Beberapa menit kemudian friend request ku penuh dengan orang - orang yang ada keterangan mutual friends dengan akunmu. I guess you turn to be an ‘it guy’ now, dude. Ojo gede sirahe, ndak topi Bboy mu ra cukup. Tapi aku berdoa supaya kamu kalau sudah sukses tidak jadi sombong. Ingat, padi semakin berisi semakin merunduk. Ya, kamu tidak mirip padi, kamu mirip lele kata Intan, tapi tirulah padi. Ingat, kamu harus selalu rendah hati -ini macem mau ikut IMB-.

Sudah cukup kan, nostalgia nya? Apa perlu ditambahi bagian sepedamu hilang dan kamu pasang muka-siap-nangis-takut-dimarahi-bapak itu? Aku tidak terlalu ingat dengan spesifik lagi masa SD. Bagaimana dengan ingatanmu? Masih sesegar bandeng di pasar pagi hari kah?

Untuk teman SD setengah tetangga; @rijalajiz

Warmest regards,
Mantan ketua barung merah PI.


(originally posted in avirosas.tumblr.com by @avirosas for #30HariMenulisSuratCinta Challenge 2013 by @PosCinta)

Tuesday 29 January 2013

Big Red Bus Tour


Solo, 29 Januari 2013.


Milenium. Bayangan double-decker yang putih pun menghitam. Berganti merah.

Bukan, ini bukannya cerita berdarah - berdarah. Ini ikon kebanggan kota kami, Solo. Bus Werkudara, big-red-bus nya Solo. Ikut tur, yuk? Pilih Sabtu, hari kita sering bertemu, jam 15.00 saja, saat langit mulai syahdu.

Kamu harus punya tiket, jangan asal naik. Kayak mau merebut pacar orang saja. Naik bus ini harus pesan dulu ke Dishubkominfo. Nanti keberangkatan akan dimulai dari Kantor Dishumkominfo Solo, di daerah Manahan. Saya jadi tidak begitu suka daerah ini, karena sempat cemburu-dalam-diam disana. Maaf curhat.

Kemudian kamu akan menyusuri Jalan Adi Sucipto - Jalan Ahmad Yani. Untung saja tidak berbelok, karena disana ada lampu - lampu jalan tua yang kacanya sudah pecah. Saya sudah lapor ke Dishubkominfo, sudah di iyakan, namun pecahan kaca itu masih ada disana saat saya lewat. Nanti kamu kejatuhan, lagi. Semoga segera diturunkan deh, kacanya.

Masuk ke Jalan Slamet Riyadi, melewati Solo Grand Mall - Loji Gandrung - Sriwedari - Museum Radya Pustaka - Museum Batik Danarhadi. Rute ini sering dilewati orang - orang Solo. Kamu orang Solo? Pernah punya pacar? Tolong jangan nyanyikan lagu Sepanjang Jalan Kenangan selama lewat jalan protokol kota ini.

Dilanjutkan melewati Ngarsopuro, untung cuma lewat. Pasar Antik Triwindu disana ditata rapi dan barangnya bagus. Tapi saya bilang lagi untung cuma lewat. Tempat antik identik dengan kenangan, maka syukurilah tidak berhenti.

Kemudian kamu akan dibawa ke Kampung Batik Kauman dan berhenti di kawasan Gladak. Kemudian kamu akan melihat balaikota Solo di Jalan Jendral Soedirman, bablas ke Jalan Urip Sumohardjo. Lanjut ke Jalan Kolonel Sutarto -kalau yang di KFC itu kolonel Yakiniku dan Katsu-.

Kamu akan berhenti lagi di Jalan Ir. Sutami, daerah Jurug, Yang ada salah satu kebun binatang terbesar dan tertua nya. Apa kabar binatang disana? Saya juga tidak tahu. Yang saya tahu kalau habis lebaran ada semacam konser dangdut disana.

Oh iya, saat berhenti disana, penumpang ditukar tempatnya. Yang di deck atas pindah kebawah, maupun sebaliknya. Biar adil. Ini juga bisa jadi pembelajaran buat kamu dan pacar, harus rela berbagi dengan orang lain. Maksudnya bukan punya selingkuhan, lho! Ini maksudnya adil gitu.

Perjalanan kemudian kembali menyusuri jalan - jalan tadi. Dengan rute dibalik dari akhir ke awal. Pasti kamu, kalau susah move-on, suka suasana mengulang seperti ini, kan? Sekali lagi saya sarankan buat yang turis lokal, jangan sekali kali menyanyikan lagu Sepanjang Jalan Kenangan.

Seperti tadi aku bilang, naiklah sore hari. Jangan lewatkan duduk di deck atas, rasakan udara kota terbersih ini memenuhi rongga dadamu yang kering. Kalau duduk di deck bawah, usahakan jangan meniru video klip lawas Peterpan (belum Noah) yang Kukatakan dengan Indah, ya?

Untuk kamu yang belum pernah mencoba satu -satunya Hop On - Hop Off bus di Indonesia. Ayo ke kota ku, enjoy ride our-very-own-big-red-bus. Boleh naksir kota ini, boleh kepingin tinggal di kota ini, tapi jangan naksir saya, karena tur cinta saya beda rute dengan bus ini.


Warmest regards,
Seko Solo ngidul sithik.


(originally posted in avirosas.tumblr.com by @avirosas for #30HariMenulisSuratCinta Challenge 2013 by @PosCinta)

Monday 28 January 2013

Jangan Marah, Pak Pos



Solo, 28 Januari 2013


Pak Pos @zulhaq_
Hari ini saya lupa menulis surat. Tadi di sekolah saya sudah ingat mau menulisnya, tapi sinyal wi-fi nya ngehe sekali.
Pulang sekolah saya mampir dulu makan diluar. Sampai di rumah saya teringat ada les fisika. Kemudian saya buru - buru mandi dan berangkat. Pssst, ini les perdana saya, dan saya nyasar ke rumah gurunya. Ketemu gang buntu, sebuntu ide saya untuk menentukan tema surat besok - besok.
Saya sampai di rumah setelah magrib. Kemudian membaca - baca teks bahasa inggris untuk ujian praktik besok. Saya teringat, belum jadi mengirim surat tadi siang. Maaf ya, Pak. Jangan marah ya, Pak.
Semoga bapak mau mendoakan saya lulus UN 15 April mendatang *senyum prangko*


Warmest regards,
Pengirim yang hari ini durhaka.



(originally posted in avirosas.tumblr.com by @avirosas for #30HariMenulisSuratCinta Challenge 2013 by @PosCinta)

Sunday 27 January 2013

Kepada Pagi


Solo, 27 Januari 2013.


Surat ini untuk kamu, yang kadang membuat aku tersenyum. Karena tersadar bahwa ini waktunya mengucap syukur, melihatmu dari balik jendela kamar. Cerah.

Untuk kamu, yang kadang membuat aku marah - marah. Karena bete tidak jelas; kesiangan lah, belum kerjakan tugas lah, kaus kaki hilang sebelah lah.

Untuk kamu, yang kadang membuat aku tersenyum. Karena jalanan lancar, angin semilir, matahari juga malu - malu.

Untuk kamu, yang kadang membuat aku marah - marah. Karena tercegat kereta lewat, cuaca panas, serta asap bus yang supirnya tidak mau mengalah.

Untuk kamu, yang kadang membuat aku tersenyum. Karena teringat sempat rutin membaca kata - kata “Have a nice day” di layar handphone.

Untuk kamu, yang kadang membuat aku marah - marah. Karena mendapati “Have a nice day” bukan lagi di layangkan untukku, tapi kekasih lain.

Untuk kamu, pagi. Dan sekawanan rasa yang menemani mengawali hari. Maaf pagi. Kadang aku membalas senyum mesra mu dengan umpatan. Terimakasih pagi. Selalu menyempatkan diri untuk menyapaku yang sendiri.


Warmest regards,
Yang menitipkan lelah pada malam, untuk bersiap menyambutmu.



(originally posted in avirosas.tumblr.com by @avirosas for #30HariMenulisSuratCinta Challenge 2013 by @PosCinta)

Saturday 26 January 2013

Untuk Macila


Solo, 26 Januari 2013.


It’s been 5 months we didn’t see you, mate! And we’re missing you so much!

Macila, kamu apa kabar? Cepat sekali kamu perginya. Kami sudah mau Ujian Nasional lho. Setiap hari obrolan kami seputar bagaimana kami akan masuk ke perguruan tinggi. And we’re wondering which college you’d go if you were here. Tapi pasti lebih enak disana, ya? Di sisi Allah :)

Teman - teman masih sering berkunjung ke tempat peristirahatan terakhirmu, ya? Maaf aku belum kesana, Cil. Teman macam apa ya, aku ini? Padahal aku sering lewat daerah situ. Maaf sekali, nanti insyaallah kalau ada teman aku kesana.

Cil, makasih ya sudah jadi contoh buat kami. Kami merasa kecil sekali sejak kamu pulang. Ternyata selain Allah, banyak sekali yang sayang sama kamu. Bahkan sebelum kamu benar - benar pulang. Lobi rumah sakit juga jadi saksi waktu itu. Banyak yang kami pelajari dari kamu, Cil. Sisa kisah yang dibicarakan semua orang setelah kamu pergi, tidak pernah tidak baik tentang kamu. Kamu memang selalu baik, dulu sampai sekarang bahkan besok. Kamu, inspirasi kami untuk jadi lebih baik, lebih disayang Allah.

Aku ingat, waktu awal - awal kepulanganmu. Setiap aku dan teman - teman ke rumahmu, Papa, Mama, dan Kakak - kakak mu menahan kami untuk cepat - cepat pulang. Rindu cerewetnya kamu memenuhi rumah itu. Kami pun juga, Cil. Rindu logat Jakarta-cenderung-Sunda mu yang tidak hilang - hilang meskipun berbelas tahun di lingkungan orang Jawa.

Kemarin Jumat giliran angkatan kita perform di depan satu sekolah lho. Awalnya kami mau bikin flashmob, tapi Kepala Sekolah mintanya drama yang berhubungan dengan Maulud Nabi. Padahal kami sudah bikin konsep lho. Kalau kamu ada disana kamu juga mungkin sudah teriak - teriak sambil lompat - lompat. Karena bukannya latihan dengan benar, kami malah ajojing nggak jelas. Tapi alhamdulillah drama kami berjalan lancar. Teman - teman senang sekali waktu adegan perang. Mana ada perang sambil cekakakan? Tapi kalau ada kamu, mungkin cekakakan nya jadi makin seru, ya? Dan kami tahu, kamu juga ada disana kemarin. Jangan lupa datang ke Graduation nya kita nanti, ya Cil!

Oh iya, Cil. Aku juga suka puisi karyamu dalam proyek Sajak Dalam Nama. Kata Pak Guru, nanti kalau lulus karya kita semua akan dikumpulkan dan dijadikan buku! Dan aku yakin, puisimu untuk Ajeng, yang paling kamu kasihi, menjadi puisi yang paling indah di dalamnya. (Psst, puisinya boleh ya, dibaca Tukang Pos ku?)

PICISAN 

Malam
Untukku, juga untukmu
Harmoni kerinduan ini
Akankah kau mendengar saat ku meneriakkan rindu?
Menuntunku kepada jalan gelap tanpa lentera
Mampukah aku melewatinya? Sampai kapan?
Aku tetap milikmu
Diantara ruas ruas malam

Aku rindu … rindu … rindu …
Cerita lama
Ingatkan aku kepada
Langkah yang mengantar kita pada perpisahan

Ah …
Dirimu tiada tergantikan
Ingat bahkan tak ku beri syarat untuk mengingat
Tersambung, picisan yang terdahulu
Ingatlah tentang itu
Yang terkasih …
Ajeng …


We really are glad to ever have you here, Cil. We really are thank God for ever be your bestfriends. We really are wants to be just like you; leaving many good memories, and loved by all people surrounds even if you’re not there anymore. Kamu sudah menghabiskan masa indah di Al - Firdaus selama 8 tahun lebih, sejak SD. Semoga nanti kita bertemu lagi di masa yang lebih indah. Tunggu kami di Firdaus yang sesungguhnya, ya?


Untuk teman tersayang kami : M. Acil Aditya a.k.a Acil a.k.a Macila kata I’am
(15 Juni 1995 - 8 Agustus 2012)

Warmest regards,
Saya yang belum bisa sebaik kamu.


(originally posted in avirosas.tumblr.com by @avirosas for #30HariMenulisSuratCinta Challenge 2013 by @PosCinta)

Thursday 24 January 2013

Merci Beaucoup


Solo, 24 Januari 2013.


Ini surat ucapan terimakasih. Untuk anda yang kata - katanya selalu aku kutip. Dari lembar halaman dan dari potongan scene.

Ini surat ucapan terimakasih. Untuk anda yang membuat waktu kosongku jadi berisi. Setiap di rumah sendiri, atau menunggu dijemput di bawah ring basket sekolah.

Ini ucapan terimakasih. Untuk anda yang memperlihatkan kepadaku dunia. Dengan cara yang sederhana.

Ini ucapan terimakasih. Untuk anda yang memotivasi aku untuk menulis melalui surat cinta. Mengakrabkan diri dengan huruf A-Z di keyboard.

Ini ucapan terimakasih. Untuk anda yang menjadi inspirasi. Menjadi panutan untuk saya contoh.

Untuk semua writer, scriptwriter, seleb twitter, dan letter messenger. Merci beaucoup. Semoga aku bisa menulis sebaik kalian.

Warmest regards,
Calon penerusmu.


(originally posted in avirosas.tumblr.com by @avirosas for #30HariMenulisSuratCinta Challenge 2013 by @PosCinta)

Wednesday 23 January 2013

Tolong Diantar ke Surga


Solo, 23 Januari 2013.


Assalamualaikum Ibu. Hampir tiga tahun sudah Ibu berpulang. Namun sepertinya nafas Ibu masih berhembus di sela hela nafas Bapak. Ibu adalah cinta beliau, yang kemudian kami semua cintai juga.

Ibu, aku iri padamu. Allah sungguh membuatkan skenario yang indah untuk Ibu mainkan, bersama Bapak sebagai lawan mainnya. Aku belum pernah membaca kisah Ibu dengan utuh, namun guru ku acap kali menceritakannya di kelas, sebelum kami mulai belajar.

Aku tidak mengenal Ibu, siapa Ibu. Aku mengenal Ibu sambil lalu. Ibu dan Bapak berpredikat Power Couple, itu saja. Ternyata Ibu, dan Bapak, lebih lebih dari itu. Aku menyesal tidak membaca sendiri cerita yang dikisahkan guruku. Doakan aku bisa nabung ya, bu? Supaya aku bisa membeli tumpukan kisah kasih mu semasa hidup.

Baru - baru ini, kisah Ibu dan Bapak diangkat ke layar lebar. Semua yang mencintai ibu -dan tidak pernah sebesar cinta Bapak- datang untuk menonton. Aku tidak. Aku tidak tahu harus duduk di samping siapa ketika yang aku tonton adalah kisah Ibu. Aku khawatir akan butuh bahu untuk kupinjam, bu. Dan belum ada bahu yang bisa aku pinjami, untuk sekarang.

Teman - temanku bercerita tentang kisah Ibu yang mereka tonton. Aku mendengarkan dan ingin menonton juga sebenarnya. Orangtua ku sempat mengajak bu, tapi waktu itu aku sedang ingin di rumah. Aku menyesal tidak mengiyakan.

Beberapa hari lalu aku menonton acara televisi. Disana ada Bapak lho, bu. Masih penuh wibawa, masih berkharisma. Aku melihat kakak pembawa acara tersenyum dipaksa, menahan tangis haru. Aku salut pada kakak itu, bu. Karena kalau aku yang jadi dia, mungkin rekaman itu di cut karena aku tidak bisa melawan arus dari dalam mata. Tahu kenapa, bu? Kakak cantik itu bertanya,

"Apa yang sampai sekarang masih sangat Bapak rindukan dari Ibu?" tanpa kuberi tahu, sepertinya Ibu sudah tahu jawabannya.

"Everything…" Jawabnya sambil tersenyum. Subhanallah, Bapak berjarak beribu kilometer dari tempat aku duduk, bu. Tapi aku tahu beliau menjawabnya dari hati, dengan hati. Senyum nya itu lho, bu. Ikhlas yang mana lagi yang lebih dari senyum Bapak?

Ibu, aku mau menulis doa ya di surat ini…

"Ya Rab. Maaf aku iri pada kisah yang Kau buat untuk Ibu dan Bapak. Tolong buatkan kisah yang seindah milik mereka untuk orang tua ku, untuk kami dan seorang yang namanya telah ditulis dalam buku takdir, bahkan sebelum kami lahir. Untuk setiap orang yang percaya bahwa cinta-Mu lah yang menguatkan mereka. Dan ingatkanlah kami untuk bersyukur telah melihat cinta lewat kisah Ibu dan Bapak yang Kau buat dengan sempurna."


Amin.

Ibu, sudah dulu ya. Kututup surat ini dengan satu puisi, bukan punyaku, aku pernah membaca satu dari sekian puisi yang dibuatkan Bapak untuk Ibu. Puisi itu juga tergantung di dinding Sentra Bahasa I di sekolah ku. Oh iya, in case Adam Levine read this… happy ever after did exist, dude :)


Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu.
Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya,
dan kematian adalah sesuatu yang pasti,
dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.
Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat,
adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.
Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.
Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang,
pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada,
aku bukan hendak megeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.
Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang,
tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik.
mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.
selamat jalan sayang,
cahaya mataku, penyejuk jiwaku,
selamat jalan,
calon bidadari surgaku …
BJ.HABIBIE



Warmest regards,
Satu diantara perempuan Indonesia yang ingin seperti Ibu Hasri Ainun Habibie.


(originally posted in avirosas.tumblr.com by @avirosas for #30HariMenulisSuratCinta Challenge 2013 by @PosCinta)

Tuesday 22 January 2013

Hi, Logan


To : @LoganLerman, who loves to have a bear in his cup-of-coffee-latte.



Solo, January 22nd 2013.


Hi Logan. How are you?
Can i call you Charlie? Only in this letter, please?

I’ve been waiting so long to watch The Perks of Being a Wallflower movie. Sadly, I’m living in a small city, so the theater here doesn’t play that movie. I guess they think that movie wouldn’t get many moviegoers. Well, they got it wrong. It’s Logan Lerman, Emma Watson, and Ezra Miller in one frame!
Idk if they played it in some bigger cities. But finally I’ve found the movie download link -i’m fangirling like crazy that time-. It’s quite ‘short’ than what i was thought. I’ve read the novel before, maybe that’s why i feel like there’s something missing from the movie.
I read the TPOBAW book in October 2012. I borrowed it from a friend. You know, Charlie? When i read those letters, i feel like i didn’t want to stop. Everytime i read “Dear Friend” in your letter, it feels like you wrote it for me. I call you Charlie in this letter so I feel like I write a reply for you. Well, it was Stephen who wrote all your letters, and he’s so great. I want to be a great writer like him, someday.


Charlie, are you still ‘seeing things’? I hope you’re not. Are you dating Sam now? I hope you are. Do you three still listening to that tunnel-song, David Bowie’s Heroes? You should ask me about that, i now that song from the first i heard it. I knew it because all the X-Factor Season 7 Finalists make the song recycle.
Oh ya, i forget that story was ‘happened’ in 1999, when I’m still 4 yo.
Charlie. I hope you’re real. Logan was real, but I want to see Charlie, Percy, and even d’Artagnan as a real person in real life. Can you imagine if there’s 4 of you, in 4 different character? The angels surrounds me must be laughing right now. Cause they know i didn’t even really have a chance to meet the real Logan.


Well Charlie, I hope you’re doing really good. I really am waiting for your upcoming movies. I’m trying to find the Stuck in Love movie download-link now, to see you on my screen with the other Sam, that stunning Lily Collins.
Maybe it’s just too late to say it but happy birthday! I wish you a really happy 20, Logan, Charlie, Percy, d’Artagnan, Lou, Ham. Please don’t date anyone-pervert :)

Warmest regards,
One of the girl on your twitter follower list.


(originally posted in avirosas.tumblr.com by @avirosas for #30HariMenulisSuratCinta Challenge 2013 by @PosCinta)

Monday 21 January 2013

Buatku Sendiri



Solo, 21 Januari 2013.


Dalam surat cinta, apa boleh marah - marah? Marah sama Tuhan kan dilarang. Marahin kamu, kamu nggak akan dengar. Aku marah sama diri sendiri sajalah.
Aku kesal sama aku. Tidur malam - malam, kurang minum air putih, bangun tidur seperti Frankenstein rasanya, terpisah - pisah anggota tubuhku. Salahku sendiri sih, dating dengan laptop tidak pernah selesai. Jemariku keasyikan mengencani setiap huruf pada keyboard. Salah?

Tidak kalah dengan album terbaru Maroon5 : Overexposed, aku overrated. Badan dan otakku memang tidak pernah sinkron. Badanku sudah lelah tapi otak ku ingin terus mengeksplorasi sekitar. Apa? Hatiku? Iya, yang itu juga tidak pernah sinkron. Jangan tanya.
Dulu seseorang pernah mengirimi aku pesan. Lumayan panjang, di copy dari akun twitter dokter. Katanya tidak baik tidur malam - malam, merusak organ, cepat koit juga. Seram sih, maka kuingat dan kupatuhi pesan itu baik - baik.
Sekarang kumat lagi. Tak bisa dipungkiri, malam - malam sepi itu punya magis tersendiri. Seperti menyuruhku berlama - lama duduk dan berpikir tentang aku. Cuma aku. Ya, pukul 1-2-3 malam (atau pagi itulah) namanya, me-time.

Marah - marahnya nggak jadi lah. Maunya marah sama kamu. Kamu kemana sih? Ini bukan minta dibalas lho, surat nya. Ini kan buat aku, bukan kamu. Eh tapi serius, kamu dimana? Aku pingin marah - marah. Sama kamu. Apa kamulah, marahi aku kalau malam - malam terdengar suara tanganku beradu dengan keyboard. Nanti kita cemberut - cemberutan. Oke?
Apa kamu tahu, kamu itu aku.


Warmest regards,
alter ego nya Avi.




(originally posted in avirosas.tumblr.com by @avirosas for #30HariMenulisSuratCinta Challenge 2013 by @PosCinta)

Sunday 20 January 2013

Apa Kabar, Tante?


Solo, 20 Januari 2013.


Ini hari Minggu. Tante minta diantar kemana? Atau tante pergi kemana? Dulu, beberapa kali ketemu Minggu sore diluar rumah.
Tante, tante masih sering pusing nggak? Aku dengar, tante sering pusing kalau malam. Pusing anak nya nggak pulang - pulang. Padahal Mas Ragil sudah aku bilangin lho. Jangan pulang malam - malam. Jangan bikin tante pusing.
Tante, apa sudah baikan? Apa kabar ruam - ruam di sekitar mata dan hidung tante? Semoga sudah hilang, ya. Aku dengar dari tante ku (tante beneran) kalau tante sakit. Memang sih, dulu aku sempat lihat wajah tante pucat. Tapi terakhir aku melihat tante, tepat di hari ibu tahun lalu, tante cantik sekali. Berkebaya pink dengan jilbab yang ada korsase bunga nya. Waktu muda, tante pasti banyak yang naksir.
Tante, aku mau minta maaf. Kalau tante nggak suka aku main ke rumah. Habis gimana, waktu itu penting sekali. Mas Ragil juga jadi sering bohong kalau ke rumahku. Habis gimana, aku takut tante nggak suka kami berteman.

Tante, kalau tante sudah suka sama aku, aku mau ngasih beberapa pesan :
- Poninya Mas Ragil tolong jangan di smoothing, biarin aja gelombang gitu. Dia memang ngga bakat cakep kayak tante.
- Tante, sama Mas Ragil, jangan makan pedas terus. Apalagi kuah tahu kupat. Nanti kayak temen nya tante itu lho, sakit ususnya.

Tante, makasih ya, sudah melahirkan Mas Ragil. Dia teman yang baik buat aku, meskipun akhir - akhir ini sudah jarang ketemu. Tapi bukan gara - gara tante kok. Ini gara - gara aku. Tapi tante, nanti kalau aku dekat lagi sama Mas Ragil, aku nggak ngajarin nakal kok tante. Janji.
Oh iya, Tante, pagi tadi ke stasiun nggak? Besok - besok lagi, kalau diantar Mas Ragil ke stasiun, tolong suruh bawa dompet, ya? Biar aku bisa nitip bubur ayam, kalau lagi sendirian di rumah.


p.s. Tante itu Mamah-nya kamu. Kalau kamu baca, ini bukan modus. Kalau kamu kira ini modus, jangan suruh Mamah-nya kamu baca.



Warmest regards,
Avi yang dulu kata tante lucu


(originally posted in avirosas.tumblr.com by @avirosas for #30HariMenulisSuratCinta Challenge 2013 by @PosCinta)

Saturday 19 January 2013

To : Pink, Blue, Red, Green, and White.


Solo, 19 Januari 2013.



Hari ini alamat suratku berganti. Kemarin puncak tawaku membumbung di udara, itu sebabnya. Hari ini suratku untuk mereka, tentang mereka. Kami yang kosong saling mengisi kekosongan.

Aku tidak pernah menyebut mereka 'geng sahabat' seperti waktu di SD. Aku sebut mereka, pemilik-telinga-paling-kebal. Pendengar setia radio pun kalah. Mereka betah mendengarkan aku berkicau secepat kereta Prambanan Ekspres. Melaju dari Purwosari Solo sampai Tugu Yogyakarta, dengan kecepatan penuh.
Ada beberapa orang yang jika kamu mengenalnya, semakin lama semakin terlihat belangnya. Pun mereka. Namun makin lama pula makin kutemukan intan di dalamnya. Semacam penawar. Beda denganku, akulah penyakit, tanpa penawar. Karena mereka penawarku.

Aku menulis nya bukan karena akhir - akhir ini kami sering duduk melingkar, merapatkan lutut. Bukan karena waktu yang kami punya makin sempit diatas karpet hijau mushola sekolah. Bukan karena berapa puluh hari lagi Ujian Nasional SMA 2013 kata-akun-penyemangat-peserta-ujian-itu. Semata karena aku merasa tawa kami yang tak habis - habis itu layak aku bagi, disini. 
Setelah sekian lama mentertawakan orang - orang yang lewat, aku baru sadar kemarin. Bahwa, sebenarnya, kami mentertawakan diri sendiri. Kami mentertawakan satu sama lain. Kadang kami memang se-tidak-mutu opera sabun malam hari. Sebagaimana kami sebermutu sebotol olive oil di rak supermarket ternama.

Kami pinjam meminjam telapak tangan untuk menepuk bahu dan mengelus kepala serta punggung. Kami bergandengan tangan sembari menggigit bibir bawah, demi melawan mata yang airnya ingin tumpah. Kuakui, sesekali dalam hati mengeluh tentang satu sama lain yang tak kunjung saling mengerti, selalu dalam hati. Karena unek - unek tak pernah tega keluar. Karena mereka, dan mungkin juga aku, lebih paham cara-untuk-tidak-merusak ketimbang cara-membetulkan-yang-rusak. Kurasa.
Diatas ubin - ubin oranye dan krem (atau kadang hijau) di sepanjang lorong. Atau dibawah ring basket yang jaringnya tak pernah seawet umur kupu - kupu. Kami duduk melingkar. Dalam lingkar kasih, kami berkisah. Tentang rasanya cinta pertama, munculnya hati kedua, dan gilanya orang ketiga. Selalu.

Tertawa. Lagi. Entah, kurasa nanti di pertengahan tahun. Pada titik puncak juang kami di sekolah menengah atas. Tangis kami yang akan pecah lebih dulu, lebih deras. Sederas hujan yang menahan kami untuk pulang buru - buru.

Dibalik itu, aku tahu. Nanti, saat ia, petunjuk arah yang berbeda, tiba. Saat itulah menit - menit dimana genggam tangan kami terasa lebih hangat dari biasanya. Saat itulah menit - menit dimana cerita klise kami menjadi cerita klasik. Saat itulah menit - menit dimana amarah yang (mungkin) pernah kami rahasiakan akan terlupa.

They said, "High school isn't about finding a husband. It's about finding your bridesmaids." Luckily, i've found them.
image
pardon this yellow-tone-webcam-faces
















Buat yang cantik - cantik :
*Calon Skin Care Owner : @vinnamitha
*Calon Indonesian Ambassaror : @nurullaksmita
*Calon Pro Chef : @ayufitr
*Calon Businesswomen : @shendaaprilia
*Calon Psychologist : @yanrachma


Warmest regards,
Avik, yang kalo diem sedikit kalian tanyain “Kamu kenapa?” sambil mesem.


(originally posted in avirosas.tumblr.com by @avirosas for #30HariMenulisSuratCinta Challenge 2013 by @PosCinta)

Thursday 17 January 2013

Bukan Kamu



Solo, 17 Januari 2013.



Ternyata memang tidak ada hari tanpa membahas kamu. Bukan aku yang minta. Melainkan teman - temanku di baris belakang, dalam kelas bahasa Inggris kemarin.

Aku punya seorang teman. Mereka bilang, dia mirip denganmu. Secara fisik, katanya. Aku tergelak - gelak menyangkalnya. Mana ada yang seperti kamu? Kamu, ya kamu. Tapi mereka semakin mencari - cari kesamaan antara kalian. Cara berdiri, ekspresi wajah, bahkan kebiasaan menggaruk - garuk leher bagian belakang. Yang kemudian aku sangkal lagi. Itu bukan kamu. Kamu, ya kamu.
Acara sangkal - sangkalan itupun berakhir dengan kekalahanku. Aku jarang mengalah dalam adu mulut. Tapi aku dibungkam pertanyaanku sendiri, kemarin, di sela - sela tawa.
"Masa iya? Nggak mirip ah." Seorang teman masih ngeyel. "Nggak mirip kali. Dia nggak suka kayak gitu. Eh, tapi apa karena aku-nya yang udah nggak pernah ketemu kali, ya?"

Pertanyaan “Apa kabar?” pada suratku yang pertama terasa makin jauh. Makin menunggu jawaban. Padahal kan, aku tidak mengharap balasan. Ah, baru hari ke berapa puluh sih ini, kita tidak bersua. Gitu aja sambat, vi.

Oh iya, pagi ini sebelum aku menulis surat, aku mengerjakan PR tentang mata pelajaran yang dulu sangat kamu suka. Sayangnya buku tulis ku yang lama sudah tidak aku pakai. Ya, yang ada tulisan cakar ayam tanganmu. Soal - soal yang iseng kamu kerjakan, sampai gambar - gambar yang terselip di beberapa halaman. Pffft, mana sempat kamu ingat. Ingat punya kewajiban bangun pagi saja, tidak.
Apa sih, aku ini. Semoga hari ini, tukang pos ku salah kirim. Semoga lagi, hari ini aku dan mereka tidak punya waktu untuk membahas kamu.


Warmest regards,
Pemilik akun yang kamu ikuti pertama kali.



(originally posted in avirosas.tumblr.com by @avirosas for #30HariMenulisSuratCinta Challenge 2013 by @PosCinta)

Wednesday 16 January 2013

Seyakin Mereka


Solo, 16 Januari 2013


Aku bermaksud mengganggumu lagi pagi ini. Hari kedua aku menulis surat untuk kamu. Aku rasa kamu tidak akan keberatan. Aku sudah cukup sering mengganggumu dengan cerita yang panjang dan tak habis-habis. Cuma surat, ini kan? Tanpa celotehku yang membuat pegal indra - indra mu.
Cinta, tahukah kamu? Ternyata bukan cuma aku yang rindu akan hadirmu. Beberapa teman menanyakan kabarmu kemarin, semacam mengkhawatirkan aku, tanpamu. Memang aku sekusam itu ya, tanpa kamu, cinta? Aku selalu sebaik ini setiap hari, tidak pernah kurang. Paling tidak, di mataku sendiri.

Maaf kemarin kebiasaanku yang tidak kamu suka, terulang. Aku selalu mudah berkisah tentang kita, tentang cinta yang pernah mampir. Tapi aku suka tawa mereka yang meledak - ledak pada bagian tertentu cerita kita. Kemudian menyumpah membodoh - bodohi aku dan kamu, yang kerap kali dibodohi cinta lain yang lewat.
Aku heran, setiap mereka memaksaku memutar gulungan film tentangmu. Mereka selalu mengakhirinya dengan satu pertanyaan; pertanyaan ini selalu kuhindari karena aku tidak pernah bisa menjawabnya. Sayangnya pertanyaan itu tidak bisa kujadikan PR yang bisa ku diskusikan dengan kamu.


"Lantas apa yang akan kamu lakukan, kalau cinta kembali kesini?"


Aku tidak yakin jika aku benar - benar mengerti yang mereka maksudkan. Aku tidak yakin akan jawaban yang tidak pernah aku siapkan. Bahkan aku tidak yakin pertanyaan itu harus kujawab dengan keyakinan.
Atau mungkin, yang kini tidak ku yakini dengan benar, itu kamu? Cinta?
Aku merasa bodoh sekarang. Karena aku pun tidak yakin kenapa aku menamaimu cinta.
Apa nanti, kamu dan cinta akan bergandengan tangan, pulang? Kalau kamu dan cinta sudah yakin, tolong yakinkan aku.

p.s. Maaf kemarin suratku tidak kualamatkan untukmu. Atau suratku yang 2 hari lalu juga masih ngendon di kotak pos? Ya sudah..


Warmest regards,
Used-to-be yours.


(originally posted in avirosas.tumblr.com by @avirosas for #30HariMenulisSuratCinta Challenge 2013 by @PosCinta)



Tuesday 15 January 2013

Tanpa Mandi, Kamu Inspirasi


Solo, 15 Januari 2013.




Aku mengenal kamu lewat Retweet-an para manusia yang lalu lalang di timeline twitter ku. Awalnya ku kira kamu anak sekolah favorit di kota ini, udik aku memang. Berasas rasa penasaran, kubuka profilmu dan kutemukan sebaris kalimat lucu di kotak bio. Rupanya kalimat lucu itu beranak pinak di timeline yang kamu pelihara.

Post yang terkadang kurang dari 140 karakter itu selalu sukses di post ulang ratusan twitter user. Aku kagum, bukan kagum yang mainstream. Bukan juga karena baris - baris angka di kolom followers mu. Aku ingin sepertimu, yang bisa membagi pikiranmu dengan siapa saja, tanpa target. Dalam hati aku selalu bertanya, apa kamu menimba ilmu dengan jurusan olah kata? Karena jarang sekali kutemui kicaumu yang tanpa mutu. Ringan tapi berbobot, capnya.
Twitter tempat imajinasimu ditunggu, kadang dicela orang - orang yang sok tahu. Buang waktu, katanya. Menurutku tidak, buang waktu yang manakah yang kemudian melahirkan aliran "Twitter Literature"? Kamu, dan mereka dari jenismu, pasti bangga, ya?

Berkat kamu, teman - teman ku yang tidak suka membaca kini punya bahan bacaan. Kasih yang kamu kisahkan memang selalu terasa dekat, melahirkan perasaan senasib. Aku ingin menulis kisah seperti yang kamu punya, tapi baiknya aku awali dengan menulis surat ini, untukmu, inspirasi.



Buat Kak @tlvi. Yang tweet nya catchy di hati tanpa pernah ada kesan menggurui.





Warmest regards,
Fan of yours.


(originally posted in avirosas.tumblr.com by @avirosas for #30HariMenulisSuratCinta Challenge 2013 by @PosCinta)

Monday 14 January 2013

Aku Tulis Ini (Bukan) Untuk Kamu Baca


Solo, 14 Januari 2013.



Hai. Ini kali pertama aku menulis surat untuk kamu. Surat cinta, wacananya. Aku tidak tahu apa ini surat tentang cinta, atau surat untuk cinta. Tapi aku layangkan surat ini untuk kamu. Aku terbiasa menulis tanya tanpa jawab. Jadi apa sulitnya buatku menulis surat tanpa balasan?
Aku selalu ingin tahu keadaanmu. Maka biar aku mulai dengan "Apa kabar, cinta?". Lama aku tidak mendengar tentang kamu. Beberapa kali kamu mampir, sebentar, menggelitiki perutku dengan kepak kecil kupu - kupu.

Ah, cinta. Aku rindu. Rindu pahitmu. Pahitmu bahkan lebih manis, ketimbang tidak merasakan apa - apa. Apa aku sudah pernah bilang tentang ini? Karena, seingatku, akhir - akhir ini kamu tidak pernah lupa menyisipkan pahit cinta dalam setiap pertemuan kita.
Aku samar - samar ingat pertemuan terakhir kita. Sebaik yang aku ingat, kita tak pernah berniat 'ketemuan' lagi. Namun keadaan sesekali memaksa kita berjumpa barang satu-dua menit.

Oh iya, aku ingat, terakhir aku melihatmu dengan kaus yang agak kebesaran, atau kamu yang sedikit turun berat badan? Kamu memang harus selalu diingatkan untuk urusan yang satu itu.
Sebentar, sebenarnya kemana suratku ini bermuara? Aku memang tidak pandai menentukan poin mana yang penting. Semua ingin aku bagi denganmu, sampai ke detail. Padahal kamu kan, mendengarnya setengah hati, ya?
Soal "apa kabar" tadi, aku harap kamu baik saja. Sehat tentunya, dan serapahmu di lini masa tidak berlanjut; tentang macetnya jalanan, atau tentang kesendirianmu -yang sebenarnya bisa kamu atasi-.

Kabarku? Baik. Sangat baik. Kecuali bagian aku harus bekerja ekstra keras demi kelulusanku tahun ini. Doakan aku ya?
Eh, tapi bagaimana kamu tahu, kamu kan, tidak baca?

Semoga Tuhan memberimu keberuntungan tahun tiga belas hari ini.



Warmest regards,
Friend of yours. 


(originally posted in avirosas.tumblr.com by @avirosas for #30HariMenulisSuratCinta Challenge 2013 by @PosCinta)