Tuesday 28 March 2017

Strolling Around : Lombok

Weren't you visited Lombok for campus social service, vik?
Yep I was there for social service for 40 days. I only add 2 extra days to get myself explore some parts of Lombok (which is not enough hahaha) but I hope this post will help you if you want to take peak of that one beauty island!

Jadi selepas KKN Januari - Februari lalu, aku dan beberapa orang teman menyempatkan buat keliling di beberapa kabupaten lainnya selain Lombok Utara. Dalam satu setengah hari kami mampir ke beberapa tempat di kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Timur.
Kenapa nggak Lombok Barat atau Kota Mataram?
Selama KKN, kami sempat bolak-balik ke Mataram, juga Senggigi, untuk mencari keperluan yang adanya di wilayah perkotaan. Desa Malaka, tempat program KKN kami kebetulan berbatasan langsung dengan Kabupaten Lombok Barat, karena Lombok Utara merupakan pemekaran dari Lombok Barat tahun 2008. And believe me meskipun wilayah pemekaran, kabupaten-kabupaten ini luasnya ngga nanggung-nanggung dan jalanan nya nyaman banget buat dipakai berkendara.

And here are some places that we managed to visit in the rest one and a half day...

1) Desa Adat Sasak Sade
If you're one of those kain Indonesia lovers, you surely have to come here! Warga di Desa Sade emang pekerjaan utamanya bikin kerajinan kain tenun dengan motif-motif khas Lombok.

Di sini ada macam-macam motif dan ukuran kain yang bisa kamu pilih mulai dari tenun ikat, tenun songket, batik, sampai kain sarung. Di Lombok, terutama di daerah-daerah yang masih menjunjung adat, baik laki-laki maupun perempuan kebanyakan beraktivitas sehari-hari mengenakan sarung.

Kain-kain khas Lombok juga banyak dijual di pusat oleh-oleh atau tempat wisata sih, but one thing for sure if you came here kamu nggak cuma bisa jalan-jalan atau beli oleh-oleh aja, you can ask about the making process and even try to weave it by yourself! Di Desa Adat Sade, benang yang dipakai ini dipintal dari kapas and they made it by themselves. Finally I can see real traditional yarn spinner wheel like the one Aurora has in Sleeping Beauty movie hahaha. By the way, pewarnaan dari kain-kain ini juga menggunakan bahan alami, yaitu menggunakan bahan dari berbagai macam tanaman, tapi warna yang dihasilkan sangat kaya.

Sasak women are not allowed to married before they're expertising this skill.
Can you imagine how many kain tenun she have made her whole life? A lot.
This one was beautifully captured by Fatikha (go check @tikaasteria on Instagram)

Sesuai namanya, Desa Adat pasti punya rules tertentu buat warganya, nah lucky us karena di Desa Sade ini selalu ada guide yang mendampingi kita mengelilingi desa dan juga menjelaskan adat yang ada di sana. Misalnya, nggak semua bangunan di sana itu adalah rumah tinggal, ada juga yang digunakan untuk kegiatan yang berhubungan dengan adat yang berlaku.

Kamu juga bakalan diajak masuk ke bale atau rumah khas suku Sasak. Fun fact that have been told since long ago; mengepel rumah dengan kotoran kerbau is real and the genious thing is nggak ada baunya sama sekali! And the nice thing to see is semua orang pasti kenal satu sama lain dan kalau saling ngobrol they're looking like having family bond to each other. Di sini, penduduk bicara menggunakan bahasa daerah yaitu bahasa Sasak, kalau kamu pengen tau, guide di desa Sasak nggak akan segan buat ngajarin kita ngomong pakai bahasa Sasak loh.




Desa Adat Sasak Sade ini juga mudah dijangkau, karena letaknya di pinggir jalan utama. Kalau kamu menggunakan transportasi pesawat menuju Lombok, perjalanan dari Praya (Lombok International Airport) menuju desa Sade bisa dibilang nggak memakan waktu lama, it's only 30-40 minutes away! Kalau kamu menuju ke arah tempat wisata lainnya di daerah Lombok Tengah, kamu bakalan ngelewatin desa adat ini, juga Desa Adat Sasak Ende. If you have time, do visit both of these cultural places. So the route (if you're coming from the airport in Praya) will be Desa Adat Sasak Ende at the right side, and not too far from there Desa Adat Sasak Sade will be on the left side of the road.

Oh ya, sebetulnya Sade adalah dusun, yang terletak di desa Rembitan, jadi nggak akan butuh waktu yang lama kok untuk mengeliling nya.

Bale (rumah adat suku Sasak), atapnya terbuat dari alang-alang atau jerami, dan dindingnya dari anyaman bambu.
Wrapped up in Sasak traditional culture, believe me, this village is super pretty!







#sometravelnotes you might want to use:
- Trying out to wear Lambung & Pegon (Sasak traditional clothes for women and men)? Yes youc surely can do! Kamu  bisa berfoto dengan memakai pakaian suku Sasak beserta atributnya, di desa Sade, it costs only IDR 10.000

- Kain prices are variative, it depends on the types of the fabric and it size. I think it's around IDR 40.000 up to IDR 400.000. Kalau kalian suka koleksi neck scarf, kalian bisa tawar dari IDR 45.000 per kain, jadi IDR 100.000 untuk 3 lembar kain.

- Looking for other pretty things? Di sini ada banyak pilihan kreasi kain yang lain, kayak pouch atau macam-macam tas. But one thing that caught my eyes are bracelets! Gelang-gelang di Desa Sade dibikin dari benang kapas sisa kain tenun and they're all freakin cute! Untuk pouch / tasnya berkisar dari IDR 30.000 - IDR 60.000, sementara gelangnya IDR 5.000 - IDR 20.000. Oh ya, ada gelang akar bahar juga loh, all things handmade :))

- Di sekitar desa Sade nggak ada terlalu banyak pilihan ATM, make sure you bring enough cash kalau emang mau belanja kain atau oleh-oleh lainnya

- Don't forget to give your travel guide some money tip yaa, for they've been really helpful along your cultural trip at Desa Sade.