Saturday 19 January 2013

To : Pink, Blue, Red, Green, and White.


Solo, 19 Januari 2013.



Hari ini alamat suratku berganti. Kemarin puncak tawaku membumbung di udara, itu sebabnya. Hari ini suratku untuk mereka, tentang mereka. Kami yang kosong saling mengisi kekosongan.

Aku tidak pernah menyebut mereka 'geng sahabat' seperti waktu di SD. Aku sebut mereka, pemilik-telinga-paling-kebal. Pendengar setia radio pun kalah. Mereka betah mendengarkan aku berkicau secepat kereta Prambanan Ekspres. Melaju dari Purwosari Solo sampai Tugu Yogyakarta, dengan kecepatan penuh.
Ada beberapa orang yang jika kamu mengenalnya, semakin lama semakin terlihat belangnya. Pun mereka. Namun makin lama pula makin kutemukan intan di dalamnya. Semacam penawar. Beda denganku, akulah penyakit, tanpa penawar. Karena mereka penawarku.

Aku menulis nya bukan karena akhir - akhir ini kami sering duduk melingkar, merapatkan lutut. Bukan karena waktu yang kami punya makin sempit diatas karpet hijau mushola sekolah. Bukan karena berapa puluh hari lagi Ujian Nasional SMA 2013 kata-akun-penyemangat-peserta-ujian-itu. Semata karena aku merasa tawa kami yang tak habis - habis itu layak aku bagi, disini. 
Setelah sekian lama mentertawakan orang - orang yang lewat, aku baru sadar kemarin. Bahwa, sebenarnya, kami mentertawakan diri sendiri. Kami mentertawakan satu sama lain. Kadang kami memang se-tidak-mutu opera sabun malam hari. Sebagaimana kami sebermutu sebotol olive oil di rak supermarket ternama.

Kami pinjam meminjam telapak tangan untuk menepuk bahu dan mengelus kepala serta punggung. Kami bergandengan tangan sembari menggigit bibir bawah, demi melawan mata yang airnya ingin tumpah. Kuakui, sesekali dalam hati mengeluh tentang satu sama lain yang tak kunjung saling mengerti, selalu dalam hati. Karena unek - unek tak pernah tega keluar. Karena mereka, dan mungkin juga aku, lebih paham cara-untuk-tidak-merusak ketimbang cara-membetulkan-yang-rusak. Kurasa.
Diatas ubin - ubin oranye dan krem (atau kadang hijau) di sepanjang lorong. Atau dibawah ring basket yang jaringnya tak pernah seawet umur kupu - kupu. Kami duduk melingkar. Dalam lingkar kasih, kami berkisah. Tentang rasanya cinta pertama, munculnya hati kedua, dan gilanya orang ketiga. Selalu.

Tertawa. Lagi. Entah, kurasa nanti di pertengahan tahun. Pada titik puncak juang kami di sekolah menengah atas. Tangis kami yang akan pecah lebih dulu, lebih deras. Sederas hujan yang menahan kami untuk pulang buru - buru.

Dibalik itu, aku tahu. Nanti, saat ia, petunjuk arah yang berbeda, tiba. Saat itulah menit - menit dimana genggam tangan kami terasa lebih hangat dari biasanya. Saat itulah menit - menit dimana cerita klise kami menjadi cerita klasik. Saat itulah menit - menit dimana amarah yang (mungkin) pernah kami rahasiakan akan terlupa.

They said, "High school isn't about finding a husband. It's about finding your bridesmaids." Luckily, i've found them.
image
pardon this yellow-tone-webcam-faces
















Buat yang cantik - cantik :
*Calon Skin Care Owner : @vinnamitha
*Calon Indonesian Ambassaror : @nurullaksmita
*Calon Pro Chef : @ayufitr
*Calon Businesswomen : @shendaaprilia
*Calon Psychologist : @yanrachma


Warmest regards,
Avik, yang kalo diem sedikit kalian tanyain “Kamu kenapa?” sambil mesem.


(originally posted in avirosas.tumblr.com by @avirosas for #30HariMenulisSuratCinta Challenge 2013 by @PosCinta)

No comments:

Post a Comment