Tuesday, 3 February 2015

Tamu-tamu Riuh yang Ditunggu

3 Februari 2015

Pagi, para pecinta.
Saat surat ini ku tulis, pasti kalian masih lelap. Aku tahu. Ini surat yang kalian pinta, dalam balut putih abu-abu, kala temu tak perlu terhalang rindu.

Kita semua payah menceritakan kisah-kisah cinta. Kamu yang terjebak di masa lalu, kamu yang terhalang restu, kamu yang terpisah jarak, kamu yang tak bisa bilang cinta. Juga aku, yang selalu mencinta diam-diam.
Ingat tidak, kala plot cerita cinta ku sampai pada sebuah seremoni pembukaan sebuah acara olahraga di pusat kota? Aku tak suka mengingatnya, tapi aku senang pernah melihat kalian berdiri menunggu aku di antara kerumunan, hanya untuk menepuk pundak ku dan berkata, "Tidak apa-apa".
Aku juga ingat, kala waktu ku tak banyak ku habiskan di rumah, dalam sempit nya ruang temu, kalian tak lupa mengingatkan, "Pulanglah. Keluargamu merindu.".
Pada sua yang kita curi beberapa bulan sekali, kalian selalu bertanya, "Bagaimana, sudah adakah penulis kisah cinta pada lembar baru mu?" dengan nada mengejek. Ku kembalikan pertanyaan itu, lalu mengalir cerita-cerita cinta milik kalian.

Tahuilah kalian pula yang aku takutkan untuk berbagi cerita cinta, kini.
Karena cinta di dalam lingkaran kita juga kendur tali pengikatnya. Takut ku cinta yang kita bangun, luruh pada jarak. Luruh pada waktu. Luruh pada cinta-cinta lain.

Bisa tidak ya, kita satukan cinta tanpa ada temu-temu non-virtual yang menuntut tunggu?

Untuk Alijza, Bima, I'am, dan Sami.
Yang sibuk mencinta, meyakinkan cinta, mempertahankan cinta dan mencari cinta.
Tamu-tamu riuh di rumahku.


Dari Avi.

Monday, 2 February 2015

Seratus Dua Puluh Empat (Atau Lebih)

2 Februari 2015

Bacalah dari sisi aku.

Hari pertama
Aku tidak yakin inilah hari pertama. Namun dalam surat ini biarlah ku sebut demikian.
Kita datang terlalu pagi. Kabut sedikit masih rendah. Jaket tosca ku masih terlalu nyaman untuk dilepaskan. Berjarak sekitar satu meter, kamu bercerita tentang masa lalu. Tanpa menatapku, mata mu menerawang haru, jauh. Hanya ada kita, dan canggung di antaranya. Aku diam mendengarkan, sesekali berkomentar seperlunya. Aku takut mengenalmu. Aku ingat, menit-menit berikutnya berdatangan kawan lain. Seperti punya tombol otomatis, kamu mengganti topik canda-canda yang khas. Cerita-cerita klise.


Hari ke sekian sampai enam puluh sembilan (atau lebih)
Aku mulai berpikir kenapa membicarakan hal-hal tak penting denganmu menjadi penting. Dan aku menikmatinya. Seperti terlalu lama menegak air putih yang hambar, kemudian disuguhi aneka jus buah. Setiap hari aku tak sabar menebak akan dapat rasa apa; manis kah, asam kah, sampai akhirnya aku sedikit menyecap rasa baru dari mu; pahit.
Aku simpan sendiri. Kamu pun. Tahukah kamu, setelahnya baru kuberanikan diri bersandar pada pundak seorang sahabat. Bercerita.
Aku penasaran apa kamu tahu? Aku ingin tahu, pada siapa ceritamu kau sandarkan?
Tapi biar kamu tahu, di antara hari ke sekian itu, ketakutan ku meluruh. Aku tahu mengapa percakapan kita menjadi penting, paling tidak buat ku.


Hari ke sekian sekian sampai seratus dua puluh empat (atau lebih)
Mungkin kita terlalu baik membuka pintu bagi ego untuk menyela dialogmu dan aku. Mungkin sebetulnya tidak perlu. Mungkin banyak rahasia yang kita sangka kita tahu. Mungkin kita tak perlu menebaknya. Mungkin angka seratus dua puluh empat itu semu. Mungkin kita tidak perlu mengingatnya. Atau mungkin memang perlu.
Ku tarik kembali benang percakapan lalu.
Aku semakin ingin mengenalmu. Ku putuskan tinggal dulu.



Dari Aku

Sunday, 1 February 2015

Surat Untuk Cinta

1 Februari 2015

Pagi, Cinta.

Akhir-akhir ini, kita sering berdiri bersisian. Tanpa tegur sapa. Mengapa begitu, Cinta?
Kita saling kenal, kan? Atau mungkin, hanya saling tahu?
Cinta, saat dekat kamu kemarin, aku melihat wajah mu tak memerah bahagia. Ada apa?
Cinta. Maaf aku banyak tanya. Maaf aku ingin tahu.
Ku rasa sedihmu karena ada ku, ya? Karena bila aku menjauh ke belakang, aku melihatmu memerah lagi.
Setiap langkahku mundur, baris gigi mu terlihat di sela gelak tawa.
Kala aku menjauh dari pagar pertahanan hati, kegembiraanmu tak habis-habisnya.
Tuduhku, tawa mu tawa jumawa. Tapi melihatku saja tidak, bagaimana menertawaiku menjadi penting bagi mu?
Apa mungkin, itulah bahagia apa adanya?
Jika ya, ajari aku sepertimu, Cinta.
Pasai sudah aku melihat cantik mu dari kejauhan. Sedih berjalan ke depan diiringi redupnya merah bahagiamu.
...
Saat empunya hati menghendaki kita bersisian lagi, bisa tidak ya, ku utarakan surat ini padamu?


Dari Benci.

Saturday, 17 January 2015

Strolling Around : Semarang

Hello again, people!
Holiday is finally here yeay. I have been spending free time since few last days of December but I still got to work on this and that so it's not literally freed me. I was spending time with my highschool friends last week and some of them got to back to their (college) town for now. And so I decided to go for a short trip few days ago to Semarang. I rarely stop by this city so I think it would be fun to wander around it. My friend Asti have been knowing Semarang since school so yes she was my tour guide for 2 days.

My morning trip to Semarang (departed from Solo at 05.30 AM) was actually my first time spending 2 hours and a half on a train alone. All I'm doing was fell asleep in quarter of the way, looking outside of the window and getting over excited seeing all corn field along the way.
Me and Asti actually have planned to visit some place in a day but suddenly it was raining heavily so we've got to cut off some places out of the list. Here's some place I've visited on my first day in Semarang;

1) Tanjung Emas Port
First place  we've visited was this port. We're both were really craving for taking pictures around colorful containers but unfortunately not everyone can go inside the container ports. If you really wants to go inside, the guards and people from TPKS (Terminal Peti Kemas Semarang) office told us that we have to bring official letter that explain what we're going to do inside the port under the license of our agency / institute. And that wouldn't be a one day process because we have to wait for TPKS office confirmation first. Since we already got there, we walk around the container ports area and took some pictures.


Friday, 9 January 2015

Twenty Fifteen : To be Bold

Hi people.
Maybe it's kinda late but I'm wishing you guys a very happy new year.
I actually want to post something about 2014 recap by the end of the year but so many things had happened and I just could sit down and write, today.
And I'm changing my topic. It's a bit cliché to talk about resolution I know, but I admit it's important for me to have targets and goals. I don't know if this would lead you to that topic but I was thinking about it on my way home yesterday night.

It was around 10.40 PM, I was going through a dark streets. That night was my first time passing that route all by myself driving a motorcycle. I've been keeping myself off of that route cause I'm scared of darkness and everything that might emerged from it. Yea it's silly that I have a paranoid issue with ghost lol but I'm more scared of people that might have bad intentions on streets, go back to the fact that I am a girl alone on the dark streets in a late night. Did I told you on the either side of the road is all paddy field?