Sunday, 1 February 2015

Surat Untuk Cinta

1 Februari 2015

Pagi, Cinta.

Akhir-akhir ini, kita sering berdiri bersisian. Tanpa tegur sapa. Mengapa begitu, Cinta?
Kita saling kenal, kan? Atau mungkin, hanya saling tahu?
Cinta, saat dekat kamu kemarin, aku melihat wajah mu tak memerah bahagia. Ada apa?
Cinta. Maaf aku banyak tanya. Maaf aku ingin tahu.
Ku rasa sedihmu karena ada ku, ya? Karena bila aku menjauh ke belakang, aku melihatmu memerah lagi.
Setiap langkahku mundur, baris gigi mu terlihat di sela gelak tawa.
Kala aku menjauh dari pagar pertahanan hati, kegembiraanmu tak habis-habisnya.
Tuduhku, tawa mu tawa jumawa. Tapi melihatku saja tidak, bagaimana menertawaiku menjadi penting bagi mu?
Apa mungkin, itulah bahagia apa adanya?
Jika ya, ajari aku sepertimu, Cinta.
Pasai sudah aku melihat cantik mu dari kejauhan. Sedih berjalan ke depan diiringi redupnya merah bahagiamu.
...
Saat empunya hati menghendaki kita bersisian lagi, bisa tidak ya, ku utarakan surat ini padamu?


Dari Benci.

4 comments: